Hari ini, Rabu, 14 Juli 2021. Tepat 100 hari kepergian almarhum Bapak Sagi. Tepat 100 hari tanpa beliau didekat kami. Al Fatihah …
Bapak Sagi. Begitu kami, aku dan suamiku, memanggilnya. Bapak, panggilan beliau dari cucu-cucu dan anaknya. Mbahkung, panggilan putri kecilku padanya.
Bapak Sagi. Bapak mertua dari kakak kandungku. Ayah dari suami kakakku. Tapi kami sangat dekat dengan beliau.
Bapak Sagi. Sosok pria paruh baya yang baik, santun, sholeh dan begitu ramah. Beliau selalu menyambut kami dengan gembira saat kami mudik. Beliau yang akan selalu bertanya kabar ketika kami lama tidak pulang dan menjenguknya. Beliau yang akan selalu menuangkan segelas kopi khas buatannya untuk kami.
Tepat 100 hari. Tak akan ada lagi semua itu. Tak ada lagi senyum hangat Bapak yang menyambut kami dirumah itu. Tak ada lagi doa tulus Bapak yang mengiringi kepergian kami kembali merantau. Bapak, maaf, aku hanya rindu.
Tak banyak cerita yang aku alami bersama beliau. Tapi hati ini seolah terpaut dengannya, menyayanginya seperti ayah sendiri, merindukan semua tawanya didekat kami. Bapak, bahagia disana ya. Kami rindu. Aku rindu.
Al Fatihah …
Kepergian seseorang mengajarkan kita tentang banyak hal. Kehilangan, keikhlasan, kerinduan, kesadaran, dan menambah keimanan. Tersenyumlah setiap hari agar senyum itu membawa kebahagiaan untuk semua orang yang menatapmu. Yakinlah bahwa seseorang yang telah pergi mengharapkan kebahagiaan untuk kita. Doakan selalu mereka yang telah pergi seolah kita sedang bercengkrama dengan mereka.
Keep smile in every moments.. Love 🥰🥰🥰